Hua Tuo adalah salah seorang dari tabib TCM paling terkemuka di dunia, karena kemampuannya dalam menemukan obat anastesi 1000 tahun lebih sebelum kedokteran modern mengumumkan kemampuannya memakai obat bius. Dan dengan obat anastesi ini, Hua Tuo konon mampu untuk melakukan tindak operasi. Namun sayang, justru kemampuannya dalam operasi inilah yang membawanya ke sarang maut.
Hua Tuo hidup di zaman Tiga Kerajaan, periode paling terkenal dalam sejarah China. Tersebutlah Perdana Menteri Han, Cao Cao, menderita sakit parah. Kepalanya sakit luar biasa bahkan ia tak bisa bangun dari tempat tidurnya. Para pengikutnya yang cemas segera memanggil Hua Tuo. Hua Tuo bergegas datang, dan memeriksa Cao Cao dengan cermat.
“Perdana Menteri mengalami gangguan penyumbatan di kepalanya, dan praktek medis yang biasa dipakai tidak akan dapat menyembuhkannya. Satu-satunya jalan hanyalah dengan pembedahan kepala.”
Semua orang terbelalak. Begitu juga dengan Cao Cao. “Kau bilang apa?? Pembedahan kepala… Membuka kepala saya?!” Ia begitu marah, urat-urat kebiruan bermunculan di kepalanya yang makin bertambah sakit. “Kau gila! Kau mau membunuhku?!…”
Hua Tuo cepat-cepat berargumen, “Tapi Tuan… Jenderal Guan Yu juga pernah menjalani pembedahan ini, ia bahkan lebih berani karena tidak menggunakan obat bius sama sekali, sementara saya akan menggunakan obat bius sehingga Anda bisa tertidur dan dapat menjalani pembedahan tanpa rasa sakit…”
“Itu tangan! Yang dijalani Guan Yu hanya pembedahan tangan! Tapi tadi kau bilang, pembedahan kepala?! Kau mau memotong kepalaku, dan mungkin saja membunuhku…” Tiba-tiba setitik prasangka muncul di benak Cao-Cao. “Aku tahu! Kau berniat membunuhku! Kau menggunakan alasan untuk menyembuhkanku padahal kau berusaha membunuhku! Sialan, siapa yang menyuruhmu!? Benar-benar tak bisa diampuni! Pengawal, seret dia ke penjara!”
Kini Hua Tuo yang terbelalak lebar. Tidak disangkanya, ide penyembuhannya yang brilliant itu malah menjebloskan nyawanya ke sarang maut. Ia meninggal tak lama setelah dipenjara, dihukum mati oleh Cao Cao yang terlampau marah. Dan Cao Cao sendiri, yang semakin frustrasi karena prasangka buruk banyak orang yang berusaha membunuhnya, akhirnya pun meninggal.
Sungguh tragis. Ini sama sekali tidak membawa kebaikan bagi pihak manapun.
Terima kasih telah membaca!
Oleh: Sinshe Shinta Amelia, CMD
shinta.tcm@gmail.com,