Ada seekor kuda pacuan di jepang bernama Haru Urara. Haru Urara sangat terkenal, disukai dan dielu-elukan seluruh jepang. Semua rakyat jepang berdoa meminta kemenangannya. Banyak orang membeli kupon pacuannya, juga memberikannya kepada teman-temannya. Bahkan sampai memasukkannya ke dalam perbincangan news di tivi-tivi, termasuk NHK. Orang-orang berderma untuk membantunya. Perdana Menteri jepang Abe saja sampai berdoa khusus buat kemenangannya dalam rapat DPR. Dan ada lagu khusus tentang Haru Urara.
Sekilas orang pasti berpikir kalau Haru Urara adalah kuda hebat yang selalu juara satu dalam setiap perlombaan. Tapi ternyata berlawanan dengan dugaan itu, Haru Urara justru selalu kalah dalam perlombaan apapun.
Sekalipun seluruh jepang sudah sepenuh hati berdoa bagi kemenangannya, Haru Urara masih saja jadi ranking ke-10 dari antara 11 kuda. Tidak peduli siapapun yang menjadi jokinya, bahkan joki paling hebat pun pernah mengendarai Urara, tetap saha hasilnya tak pernah memuaskan. Tapi justru rakyat jepang tidak kecewa dengannya, makin memujanya. Haru Urara sudah melalui 113 perlombaan, bulan Maret tahun ini akan menjadi pacuan terakhir baginya. Dalam tradisi pacuan kuda, kuda yang tidak pernah menang satukalipun akhirnya akan dibunuh. Tapi rakyat jepang memohon belas kasihan agar Haru Urara dibiarkan hidup, dan rela berderma baginya, agar dia bisa menghabiskan sisa hidupnya dengan damai di perkebunan Hokkaido.
Pasti pertanyaan banyak orang adalah demikian, Kok orang jepang bisa-bisanya menyukai The Loser? Apakah orang jepang selalu mengasihani yang lemah?
Tapi ternyata, ada alasan mengharukan di balik itu.
Sekalipun Urara selalu kalah, namun ia selalu berlari dengan penuh semangat dalam setiap perlombaan. Seperti yang dikatakan pembaca acara NHK, Urara terus berjuang dengan sekuat tenaga walau pada akhirnya ia akan kalah. Ia tidak pernah malas, ia tidak berpikir “Ah pasti aku akan kalah, aku malas-malasan saja larinya, deh.” Tidak. Dia tetap berlari, dan berlari, dan semangatnya berjuang di arena itulah yang membuat terharu seluruh masyarakat jepang.
Adapun lirik lagu untuk Urara adalah sebagai berikut: “Tetap saja hari ini (aku) menjadi yang terakhir, masih tetap tidak berhasil. Aku adalah Haru Urara yang tidak diberkahi nasib baik, tetapi aku tetap teguh berpihak pada perjuanganku untuk tetap melaju. Aku adalah Haru Urara yang akan terus berjuang, suatu hari mimpi pasti akan berhasil kugapai.”
Akhir-akhir ini ekonomi jepang mengalami degradasi, pengangguran meningkat, setiap tahun diperkirakan ada 30.000 orang yang bunuh diri akibat depresi. Saat inilah, “kemalangan” memberi mereka letikan kekuatan. Ada penggemar yang menulis surat, “Aku sudah depresi dan nyaris tidak percaya pada hidup ini lagi, tapi begitu melihat tekad dan perjuangan Urara, semangatkupun kembali bangkit.” Bangsa jepang tidak melihat pada kekalahan Urara. Melainkan pada semangatnya. Semangat untuk terus berjuang dan berlari di medan pacuan. Bagi mereka, hasil tidak penting. Kegigihan berjuang jauh lebih penting dari segalanya.
Bandingkan ini dengan sebagian besar orang dan masyarakat kita yang memandang terfokus hanya pada kemenangan. Pokoknya yang penting sukses, mau cara haram apa yang dipakai itu tidak penting. Kalau sukses, ada duit, segala masalah bisa diatur! Pola pikir ini membuat orang hanya terfokus pada hasilnya yang “Wah”, walaupun dia sudah pakai cara maksiat, tetap dipandang hebat. Sementara orang kecil yang bekerja dengan sungguh-sungguh dan menempuh cara jujur, karena tidak “berhasil”, dicibir dan dianggap payah, orang gagal. Sudut pandang ini secara tak langsung mendukung orang untuk menempuh jalan haram.
Padahal, kesuksesan “Wah” hanya diberikan bagi segelintir orang – yang diberkasih Takdir untuk berhasil. Tapi lebih banyak orang yang tidak bernasib sebaik itu. Tidak semua orang yang rajin dan jujur pasti menjadi “Pemenang”.
Sebetulnya, yang paling penting bagi kita bukan menjadi pemenang dalam standar masyarakat umum. Tapi Pemenang menurut standar kelayakan kita sendiri, dalam jalan kebenaran. Percumalah kita menang di mata masyarakat tapi gagal di akhirat dan dikenai hukuman berat dari Tuhan.
Menjadi Pemenang yang sesungguhnya dalam hidup ini.
Terima kasih telah membaca!
Oleh: Sinshe Shinta Amelia, CMD
shinta.tcm@gmail.com