Ini adalah ritual kuno paling penting yang dilakukan masyarakat Tionghoa saat menjelang Imlek. Sampai sekarang pun, ritual ini masih bertahan dan dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Termasuk juga di Indonesia. Jadi masyarakat Tionghoa bukan hanya berpesta dan bersenang-senang saja saat Imlek, namun juga berdoa dan mengucap syukur.
Ritual ini mencakup, Sembahyang pada para Dewa, serta sembahyang kepada Leluhur.
Dewa-Dewa yang biasa di sembahyangi saat Imlek, terutama adalah Dewa Dapur 灶王爷 dan Dewa Rezeki 财神. Meskipun ada juga Dewa-Dewi lainnya yang disembahyangi.
Dewa Dapur, menurut kepercayaan bangsa Tionghoa, akan naik ke Langit saat menjelang Imlek, serta memberikan laporan kepada Kaisar Langit mengenai penghuni rumah. Sehingga para empunya rumah berharap Dewa Dapur melindungi empunya rumah dengan tidak memberikan laporan yang bisa menyulitkan mereka.
Sedangkan Dewa Rezeki diharapkan sudi membantu rezeki empunya rumah, membantu mereka terhindar dari kemelaratan hidup.
Selain itu, masyarakat Tionghoa, secara tradisional juga sembahyang kepada Leluhur mereka.
Membicarakan ritual ini, saya jadi teringat pernah ada salah satu guru SMA saya yang bertanya, “Apakah ada yang bisa memberitahukan saya, kenapa orang Tionghoa sangat menghormati Leluhurnya, bahkan sampai harus sembahyang?” Karena dari penglihatannya suku lain, walaupun sangat menghormati Leluhur, namun tidak sama pemikiran religius nya dengan orang Tionghoa.
Memang, bangsa Tionghoa boleh masuk dalam kategori bangsa yang paling menjunjung tinggi leluhur mereka. Bangsa Tionghoa percaya, sesudah meninggal seseorang tidak betul-betul hilang, roh mereka terus hidup bahkan memiliki kekuatan lebih daripada orang yang masih hidup. Roh Leluhur akan melindungi keturunannya seperti orangtua melindungi anak-anak mereka. Sewaktu orangtua masih hidup, anak berbakti kepada orangtua, sesudah orangtua meninggal, anak tetap mempertahankan baktinya kepada orangtua dengan mengadakan sembahyang Leluhur.
Adapun sembahyang Leluhur ini, sebetulnya tidak sama dengan men-Tuhan kan Leluhur. Kita sembahyang untuk memperingati, bahwa kita punya orangtua, bahwa kita melaksanakan bakti kita.
Dalam falsafah Tao, orang yang sudah meninggal akan tetap hidup, dalam ingatan kita. Jadi selama kita mengingat orangtua dan Leluhur, mereka tidaklah meninggal – mereka terus hidup.Dalam diri kita mengalir darah orangtua, serta para leluhur kita yang terdahulu. Kita adalah mereka – mereka adalah kita.
Demikianlah makna filosofis dibalik sembahyang Imlek, senoga bisa memberikan pemahaman bagi teman-teman sekalian.